Antara Dunia dan Ironi Penyusunnya
Terhenyak
Tersadar
Menangis
Bersyukur
Kali ini tidak sendiri
Ironi-ironi
Atau dua sisi mata uang
Cermatilah..
Dunia dibangun daripadanya
Terra Incognia
Sebuah simulakra ketidakpastian
Yang bertahan menjadi pemenang
Yang lemah terhempas zaman
Di satu sisi
Orang-orang berteriak serukan damai
Lewat demo di jalan-jalan
Sampai sidang-sidang di lembaga internasional
Namun tak sanggup hentikan
Amerika dan Inggris menggempur Irak
Ketika anti korupsi dan penanggulangannya
Berhembus dan digalakkan
Antek-antek pemerintah ditemani konglomerat hitam
Melembagakannya, lalu berjalan mengangkat dagu
Seperti tak terjadi apa-apa
Kalau kau lihat mal-mal ibukota
Orang-orang belanjakan jutaan rupiah
Lewat visa dan master cardnya
Sementara di bis-bis kota, yang masih juga di ibukota
Berbekalkan tutup coca cola, gitar, biola atau gendang seadanya
Anak-anak kecil dekil dan lusuh
Meminta belas kasihan
“kami belum makan Bu, masih menunggak uang sekolah Pak”
Entah siapa yang peduli
Hukum bagaikan benang basah
Setidaknya di negeri kami ini
Namun hargailah hakim-hakim
Yang mati tertembus peluru panas
Atau jaksa yang tak jauh juga nasibnya dengan hakim
Harga kejujuran ternyata mahal
Gedung-gedung pernikahan ramai sepanjang tahun
Membuat orang-orang menjadi berlomba-lomba
Bila ingin menikmati hari bahagia bersama-sama
Namun KUA juga tidak pernah sepi
Dari gugatan-gugatan cerai
Akhir dari sebuah cinta yang dulu pernah diikrarkan
Di depan Tuhan, disaksikan 1000 malaikat
Tak akan cukup kertas ini
Menyusun ribuan-ribuan ironi
Yang menyangga dunia agar tidak hancur sebelum waktunya
Yang membuat adrenalin naik turun
Bila kau belum tahu apa peranmu
Maka jangan berhenti mencari
Bila kau pikir kau sudah tahu
Tak usah kau cemas
Akan besar atau kecilnya
Mungkin kadang kau tak tahan
Tapi jangan-jangan kau akan mati
jika tidak menjadi bagian darinya
Ironi-ironi yang menyusun dunia
Dan membuatnya menjadi sempurna
c)RDS, Senin 26 juli 2004
di jantung pemilihan umum
ketika menyadari bahwa hidup adalah sebuah ironi..