Tuesday, August 24, 2004

Meraba Merdeka

1.
bila pernah kau pakai sel-sel kelabumu
untuk berpikir beberapa jenak
kau akan tahu
bahwa negeri ini dibangun
dari amal-amal para pendirinya
mungkin akan buatmu terhenyak
bahwa rakyatlah yang bayar uang makanmu

jikalau saja
kau punya waktu membaca koran
daripada bercakap asal bunyi
bisa jadi kau akan lebih awas
masih banyak rakyat kelaparan
butuh nasi, bukan kata-kata

bila kau buka matamu lebar-lebar
bukan asal melek belaka
mungkin kau akan bisa
membantu Count Drakula menghitung
berapa hektar hutan yang kau gunduli
berapa banyak satwa yang hantam desa-desa
cari tempat tinggal, tak punya habitat
dan berapa banyak bencana alam
yang Tuhan turunkan untuk peringatkanmu

bila kau tahu
bahwa darah buyut-buyutmu
ada di dalam napas yang kau hirup bebas
yang dulu berjuang
agar merdeka dari penjajah bukan pepesan kosong
mungkin akan dua ribu kali kau berpikir
untuk korupsi anggaran negara
dan jadikan itu profesi barumu

bila kau bersedia
luangkan waktu sebentar saja
kuyakin kau akan rasa
bahwa pendidikan mahal mencekik leher
membuat anak-anak
yang kau harapkan
bayar hutang-hutangmu kelak
putus sekolah, mengamen di jalan
dan jadikan langit sebagai atap tidurnya

bila kau mau
memandang hatimu
dan mencari nurani di sana
mungkin kau akan tempatkan
korban-korban penggusuran
di apartemen kroni-kronimu

maka,
masihkah senyum Tuhan penting bagimu?

2.
moga masih kau ingat dia
penyair yang tak kuasa
menahan impotensi yang mencuri kata
sampai didahului pendulum waktu
tuk sapa negerinya yang terluka
pada hitungan lima puluh sembilan
agustus tujuh belas lalu

untunglah,
sudah ia kirimkan
sebuah apologi untuk senja
yang selalu membuatnya jatuh cinta

dan masih saja
ia meraba-raba
apa itu merdeka

c)RDS, 22082k4/19:24
sehari setelah Taufik mendulang emas Athena
dan negeri ini masih saja mencari arti merdeka

Sunday, August 15, 2004

Sebuah Apologi untuk Senja

Sebuah Apologi untuk senja

terpana
melihat senja
yang akhirnya tak tahan
untuk menyapa pujangga
yang sedang kehilangan kata-kata
dia sertakan mentari sore
sebulat telur dan seemas jingga
juga dibawanya tawa langit
tak lupa dia jatuhkan rona nila
hanya untuk sekedar berkata,
"aku rindukan kamu, Pujangga"

sayangnya,
aku sedang tak sanggup berkata-kata
walalu untuk sebuah sapa halo yang renyah
atau selamat tinggal yang pilu

aku tak sanggup berkata
padahal Buyat sedang menangis
emas memang berkilau-kilau
namun lihatlah petaka yang dibawa
orang-orang terkapar di bangsal rumah sakit
dengan nanah dan luka di kulitnya
sedangkan Nabiel Karim hanya bisa berkata,
"tak ada Mercuri di sana"
padahal, apakah sudah dia cari sendiri?

aku tak kuasa berkata
melihat Amien Rais terkapar
dimakan reformasi yang dulu diperjuangkannya
apa yang salah?
oportunis?
hey, namun siapa yang tidak?
jujur memang berharga mahal
dan rakyat kami masih sangat miskin

aku tak sanggup berkata
ketika penggusuran lagi-lagi mencari mangsa
Batam, Manado, Makassar
dan entah dimana lagi yang luput dari pemberitaan
atas nama cinta...
digusur tidak masalah
digusur boleh-boleh saja
tapi bisakah gunakan nurani?
padahal kau hirup udara yang sama
kau makan dari padi yang seladang
dan kau hidup di negeri yang diperjuangkan bersama
dengan darah dan air mata
dan kau masih bilang, "atas nama cinta"

aku sedang kehilangan kata-kata
membuatku berhutang apologi
pada indah bernama senja

c)RDS, 14082k4/12:32am
meminta maaf kepada senja