Sebuah Apologi untuk Senja
Sebuah Apologi untuk senja
terpana
melihat senja
yang akhirnya tak tahan
untuk menyapa pujangga
yang sedang kehilangan kata-kata
dia sertakan mentari sore
sebulat telur dan seemas jingga
juga dibawanya tawa langit
tak lupa dia jatuhkan rona nila
hanya untuk sekedar berkata,
"aku rindukan kamu, Pujangga"
sayangnya,
aku sedang tak sanggup berkata-kata
walalu untuk sebuah sapa halo yang renyah
atau selamat tinggal yang pilu
aku tak sanggup berkata
padahal Buyat sedang menangis
emas memang berkilau-kilau
namun lihatlah petaka yang dibawa
orang-orang terkapar di bangsal rumah sakit
dengan nanah dan luka di kulitnya
sedangkan Nabiel Karim hanya bisa berkata,
"tak ada Mercuri di sana"
padahal, apakah sudah dia cari sendiri?
aku tak kuasa berkata
melihat Amien Rais terkapar
dimakan reformasi yang dulu diperjuangkannya
apa yang salah?
oportunis?
hey, namun siapa yang tidak?
jujur memang berharga mahal
dan rakyat kami masih sangat miskin
aku tak sanggup berkata
ketika penggusuran lagi-lagi mencari mangsa
Batam, Manado, Makassar
dan entah dimana lagi yang luput dari pemberitaan
atas nama cinta...
digusur tidak masalah
digusur boleh-boleh saja
tapi bisakah gunakan nurani?
padahal kau hirup udara yang sama
kau makan dari padi yang seladang
dan kau hidup di negeri yang diperjuangkan bersama
dengan darah dan air mata
dan kau masih bilang, "atas nama cinta"
aku sedang kehilangan kata-kata
membuatku berhutang apologi
pada indah bernama senja
c)RDS, 14082k4/12:32am
meminta maaf kepada senja
0 Comments:
Post a Comment
<< Home