Legolas Green Leave
dunia, dalam kaca mata hijau
Wednesday, January 19, 2005
Satu Kejora, dalam Satu Titik Debu
langit tak lagi hujan
namun mendung tak kunjung pergi
diusirnya matahari
dihempaskan awan
dan ditutupinya senja jingga
antara tidur dan terjaga
antara mimpi dan kenyataan
antara keberanian dan omong kosong
pada hamparan milyaran bintang
melirihkan harap
semoga, kejora itu tak akan juga dibawanya pergi
kemudian, masih bolehkah bulan mengulum senyumnya?
c)RDS, home 180105/22:05
sebuah gundah yang sempurna
thanks Gagho for inspiring :)
Sunday, January 16, 2005
Aceh, dalam Pinta Titik Debu
Kukirimkan cinta padamu
Lewat angin sepoi yang bertiup
Kuharap serta dibawanya damai
Untuk kalian yang selamat
Dari gempa hebat dan amukan ombak
Kukirimkan kasih padamu
Lewat matahari yang tak hentinya bersinar
Menerangi Melabouh, Banda Aceh, Leuksomawe dan Sigli
Daerah-daerah terparah terterjang air bah
Kupastikan dibawanya semangat
Untuk sukarelawan yang betul-betul sukarelawan
Yang coba salurkan energi positifnya
Bukan artis, elitis, atau siapapun
yang hanya pasang tampang dan mempolitisasi
Kukirimkan hangat untukmu
Lewat bulan yang mencoba terangi malam
Untuk memeluk anak-anak harapan bangsa
Kubawa doa tertulusku
Semoga trauma tak jadi bayang-bayang sejati hidupmu
Semoga kelak kau terkumpulkan lagi bersama orang tuamu
Di sebuah tempat indah yang aku yakin itu ada
Aku yang titik debu
Tak punya bermilyar-milyar untuk membantumu
Tak kuasa pergi ke sana karena tertahan waktu
Setidaknya aku masih punya itu..
Aku punya cinta
Aku berlebihan kasih
Dan aku berteman baik dengan hangat
Aku yakin Tuhan bukanlah murka
Aku yakin Tuhan tidaklah marah
Dia hanya coba ingatkan lagi engkau
Dia hanya coba ingatkan saudaramu lainnya
Kali ini, lewat guncangan dan debur-debur air
Yang mati bukanlah mati
JanjiNya, mereka akan dinikahkan dengan surga
Dan Dia adalah sebaik-baik pemenuh janji
Tulusku untukmu
Sujudku untukMu
c)RDS, bandung, 17januari2005/7:52
sekali lagi, untuk Aceh
Friday, January 14, 2005
Narcissus
dewideu
foto ini juga diambil oleh Aditia, temanku yang sudah ada di Australia untuk sekolah.
latar belakang foto ini adalah background komputerku yang juga fotoku.
Narsis! namun danau dimana Narcissus sering berkaca juga menangis ketika Narcissus terjun.
kupikir awalnya karena dia tak bisa lagi melayani Narcissus berkaca, namun ternyata...
karena dia tak lagi bisa mengagumi keindahannya lewat mata Narcissus.
what a life!
IL Capitano
beautiful alessandro, il capitano
Pria ini, adalah seorang kapten sepak bola klub Juventus di Italia. Aku sudah jatuh cinta semenjak pertama kali melihatnya di tahun 1995. Tentu saja, bukan karena mukanya (ini adalah nilai plus semata). Permainannya mengingatkan aku pada Maradona, pemain Argentina dan juga Sampdoria. Hm, gayanya, assistnya, sungguh indah dipandang mata. Permainannya sunguh menginspirasiku berpuisi. Jatuh cinta sempurna pada sepak bola dan Juventus, thanks to you. I wish, I could be Juventus public relations officer :D and meet you there. Though, some people say that you are down now, you are still in my heart. Love you!!
beautiful Alessandro
beautiful alessandro
Pria ini adalah satu dari 5 makhluk yang aku akui kegantegannya secara absolut. namun, toh bukan ini mengapa aku suka sepak bola. dia adalah kapten Juventus sampe update ini aku buat. gaya mainnya mengingatkan aku akan Maradonna, si Tangan Tuhan, yang membuat aku tergila sepak bola sampe sekarang ini. walau banyak yang bilang kemampuannya menurun, prediksi aku adalah, bahwa dia belumlah habis. YOU GO, BOY!!
Tuesday, January 11, 2005
Beku di Negeri Scandinavia
beku di negeri Scandinavia, Maret 2003
aku bukan terrorist, tidak terpikir untuk menjadi bagian darinya
aku lagi kedinginan, Scandinavia judulnya waktu itu memang hanya minus 5
tapi ternyata, judulnya aja minus 5, dinginnya entah ya :D
dan beberapa teman tidak tahan melihat lucunya aku, jadi difoto deh :D
Boyband, part 1
Lebaran 2004, yogyakarta bahagia
Kami memang bukan boy band, tapi tentu sah-sah saja mengikuti gaya mereka :D
foto ini adalah salah satu akibat dari ephoria kami akan trend kamera digital. Diambil pada hari lebaran 2004, di Yogyakarta bahagia. Kiri ke kanan adalah Bayu (belakang), Ratri (depan Bayu), Ana (baju biru), Dewi, Dita (orange putih). Depan adalah Diva (oranye) dan Wulan (putih). Hahhaa, mungkin kami memang berbakat jadi boyband, karena jangan salah, kami juga jago nyanyi :D
Biru
pantai anyer, 19 desember 2004
Biru, itu warna jilbabku. Namun, begitu juga gambaran perasaanku hari ini.
Biru, biru dan biru... Seperti katanya hidup, ada naik ada turun, ada jaya ada jatuh. Benar kata sebuah iklan Marlboro, Tidak masalah berapa kali kita jatuh, yang jadi masalah, adalah berapa kali kita bisa bangun setelah kejatuhan. Aku, yang seringkali biru, kadang biru tua, kadang biru muda, dan bahkan pernah sesekali biru donker. Padahal aku pencinta Hijau.. Hmm, Facoult bilang, Life is like penis, sometimes up sometimes down. :D
Fuck the terrorist
dont be one of them
Buat aku, terrorist bukanlah dlihat dari apa agamanya atau apa sukunya.
Tapi lihatlah dia dari kerusakan yang dia buat di muka bumi.
Mungkin, aku juga terrorist dalam lingkup kecil, misalnya ketika aku BT dan menyebarkan energi negatif kepada dunia. Yang meledakkan bom sudah pasti terrorist, yang ugal-ugalan di jalan pun bisa kau namakan begitu. Namun, yang menyerang Irak tanpa alasan yang jelas atau yang menerapkan standar ganda pada konflik Arab-Israel, dia terrorist bukan?
Hmm, tampaknya itu adalah retoris yang tidak perlu dijawab.
Panas dan Terbakar
Tuhan,
hari ini aku membakar diriku
juga kedua anak-anakku
aku yakin,
mungkin kau akan langsung
masukkan aku ke neraka
karena mendahului putusan-Mu
Tuhan,
aku tidak sanggup lagi
anakku tumor otak
anak yang Kau titipkan padaku
betapa sakit hati
ketika kulihat anggaran belanja baju Sutiyoso
ketika kudengar anggaran jalan-jalan anggota DPR
ketika gas dan BBM naik lagi
ketika tampaknya pemerintah baru sama saja
tak ada yang berubah pada bangsa ini
dulu dijajah Belanda, sekarang berpatron Amerika
memuja kapitalisme dan meninggalkan Tuhan
lebih baik begini
menuju-Mu dengan cepat
toh, tak ada yang peduli
C)RDS, dec24,2004
mencoba melihat dari kacamata Jasih (34)
ibunda Galang (6) dan Galuh (4)
sehari sebelum natal, ketika peduli memang mahal harganya