Ramadhan? Sebentar, Kita Perlu Bicara
Ramadhan? Sebentar, Kita Perlu Bicara
hari ini
entah yang keberapa kalinya
aku malu
menjadi islam di negeri
yang 80% mengaku berislam
bukan karena aku tidak pakai baju
atau karena aku maling ayam
kubolak-balik kitab
yang kadangkala menjadi penghias lemari kaca
kucari kata-kata Tuhan,
pakailah kekerasan dalam dakwahmu
aku cari
sampai lelah
tapi tak kunjung aku dapat
maka, aku hendaklah percaya
bahwa Tuhanku tidak pernah sudi
menjadikan kekerasan sebagai alat
menyebarkan kebaikan di muka bumi
tapi kenapa
orang-orang bersorban putih
berjenggot dan tampak berwibawa
datang ke warung di dekat rumahku
yang memang hanya menjual bir,
coca cola dan teh botoh
dengan bengis, dihancurkan mereka gudang
sampai rata dengan tanah
kalau memang bir dilarang
kenapa bukan pabriknya yang kau bakar
atau regulasinya yang kau ubah
atau hancurkan saja birnya, bukan bakar gudangnya
habis..habis..
zalim engkau, apapun tujuannya
kenapa pula
orang-orang
masih dengan sorban putih atau peci
masih dengan jubah dan jenggot
membawa tongkat kayu panjang
berjalan di sepanjang kemang
masih berani kau teriak Allahuakbar
berjalan mengangkat dagu
mencari tempat hiburan yang membangkang
berbisnis sampai pagi pada bulan yang Tuhan
canangkan untuk bersihkan hati umat-umat-Nya
namun kenapa harus kekerasan?
bukankah kau bisa hubungi polisi, kau bisa menghadap gubernur
minta dia jangan hanya ongkang-ongkang kaki
maka aku curiga,
jangan-jangan kau tak tau arti Allahuakbar
aku mulai malu
dan aku kembali curiga
jangan-jangan Tuhan hanya disembah berdasar dogma
jangan-jangan Tuhan hanya dicintai berdasar doktrin
jangan-jangan memang benar kitab itu hanya dijadikan hiasan
jangan-jangan Ramadhan menjadi pembenaran
untuk memberangus toko-toko rakyat
yang tidak sengaja menjual minuman-minuman keras
untuk berjalan dengan sombong
dan merasa paling benar
Tuhan,
ternyata
senyum-Mu tak lagi punya pengaruh
maaf-Mu tak lagi dipercaya
ajaran-Mu tak lagi dimengerti dengan sempurna
ah..
negeri ini
80% itu banyak
sebagai umat mestinya kita kuat
wallahu alam
aku masih meyakini
bahwa Tuhan masihlah ada
tapi aku tidak yakin
apa yang tersungging di bibirnya
senyum atau tangis
C)RDS,261004/12:33
ketika Ramadhan tidak seperti Ramadhan
3 Comments:
Renungan yang bagus. Islam memang banyak menampilkan wajahnya yang bengis daripada yang ramah, hanya karena ada segelintir orang yang memonopoli Tuhan untuk dirinya sendiri..
Adrian
thanks for your deep thinking. I have got same feeling but to say it need courage
Thanks banget ya komentarnya. Hm, aku agak lelah aja orang menjual agama demi apa yang dia perjuangkan.
Post a Comment
<< Home